Seni Rupa Kontemporer Indonesia: Ekspresi Identitas Lokal dalam Era Globalisasi”
Nama : Muhammad Ilham
NIM : 202246500075
Kajian Seni Rupa dan Desain
Seni Rupa Kontemporer Indonesia: Ekspresi Identitas Lokal dalam Era Globalisasi”
Era kontemporer menjadi salah satu keberhasilan bagi bidang seni di dunia, termasuk seni rupa. Alhasil, seni rupa pada masa itu sering dikenal sebagai seni rupa kontemporer. Seni rupa kontemporer menjadi salah satu kesenian atau bidang artistic yang baru. Seni rupa kontemporer mencoba mencari jadi diri atau identitas baru untuk memahami bidang seni rupa sebagai suatu hal yang membangun (konstruktir). Dengan kata lain, perkembangan seni rupa merupakan suatu hal yang disambut baik sehingga menjadi titik focus kemajuan kebudayaan.
Adapun perkembangan seni rupa di Indonesia berkaitan dengan munculnya seni rupa modern di Malang. Sebagaimana yang disampaikan melalui tulisan Kraus Tahun 2005 bahwa perkembangan lukisan baru atau modern di Indonesia adalah pada abad pertengahan (Abad 19) melalui seorang pelukis terkenal dari Jawa bernama Raden Saleh. Tidak hanya itu, perkembangan seni rupa ditandai dengan kemunculan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang merupakan seni Indonesia modern telah memasuki masa penyempurnaan pada Tahun 1937. Alhasil, digunakanlah istilah sifat baru atau modern dalam konteks seni Indonesia.
Melalui hasil penelitian Indrawati yang dilampirkan melalui Seminar Seni dan Desain, Kota Malang menjadi pusat perkembangan seni rupa modern dan kontemporer. Pertama, dimulai dengan masa setelah kemunculan Raden Saleh dan adanya pengaruh seni lukisan Cina lalu masa 1960-an dan 1970-an hingga 1970-an. Masa setelah kemunculan Raden Saleh merupakan masa awal keberadaan seni rupa modern di Malang dikarenakan seni rupa tersebut tidak mengenal dan mengikuti teknik maupun gaya melukis yang berasal dari Barat. Setelah masa Raden Saleh, muncullah gaya realis yang berfokus kepada pemandangan alam dan panorama di Malang yang sekarang ini dikenal sebagai Mooi Indie. Adapun beberapa tokoh yang mendorong perkembangan Mooi Indie adalah Mauris van der Kerkhoff, Gerard Pieter Adolf, Willem van der Does, dan Koempoel Sujatno Masa pengaruh seni lukis.
Masa pengaruh seni lukis Cina juga berkembang di Malang, karena beberapa tokoh pelukisnya yang tinggal dan beraktivitas kesenirupaan di Malang. Gaya visualisasi yang lazim digunakan adalah: (1) Tionghoa-Bumiputera, (2) Tionghoa-Barat, atau (3) Barat sama sekali. Tokoh-tokoh yang menggiatkan kesenirupaan Cina di Malang adalah: Tjeng Tjiam Hwie, Tan Sik Kwaan, Tan Liep Poen, Liem Kwee Bing. Lembaga yang terbentuk dan menggiatkan juga semakin mewarnai era seni rupa saat itu.
Masa 1960an-1971 juga diwarnai dengan berdirinya jurusan Seni Rupa IKIP Malang (1968), yang ditokohi oleh: Katjik Soetjipto, Dedy S Winoto dan tokoh-tokoh penggiat kesenirupaan Malang tahun 1961-1970 antara lain: Y Artono, Arboen, Dos Sulaksono, dan lain-lain. Lembaga kesenirupaan yang mendukung kegiatan kesenirupaan saat itu adalah: APM, ASRI, dan Candra Kirana. Gaya visualisasi yang banyak digunakan oleh para seniman adalah: realis, ekspresionis, dan abstrak.
Pada masa 1971-1980 tampak semakin kuatnya peran lembaga pendidikan tinggi seni rupa IKIP Malang, sehingga menyebabkan kesenirupaan di Malang banyak ditokohi oleh seniman akademik, tidak seperti sebelumnya yang lebihbanyak digiatkan oleh seniman otodidak. Tokohtokoh seniman yang menggiatkan kesenirupaan di Malang saat itu antara lain:Y Artono, Arboen, Katjik Soetjipto, Dedy S Winoto, Antony Wibowo, Agus Hadisuryo, Imam Muhadjir, Yon Wahyuono, dan sebagainya. Gaya visualisasi yang digunakan antara lain: realis, ekspresionis, abstrak, dekoratif, dan kaligrafi. Sanggar seni yang berpengaruh antara lain: Sanggar Arti, Sanggar March, Sanggar Shakti. Ada tokoh seorang Maecenas yang sangat mendukung kesenirupaan di Malang pada saat itu, yaitu: Dr. C van Heycopten Ham.
Seni rupa bukanlah suatu hal yang bersifat asal-asalan. Hal demikian dikarenakan adanya konsep representasi yang harus ditekankan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Ernawati melalui Prosiding SNADES 2020, representasi adalah proses dalam merekam ide, pengetahuan, dan pesan. Secara sederhana, representasi adalah menggambarkan atau mendefenisikan, dan menceritakan sesuatu hal kepada orang lain melalui citra visual yang dapat dilihat dengan mata. Representasi bukanlah hal mudah dikarenakan representasi berkaitan dengan proses penyampaian pesan yang juga mendorong penggalian makna secara material dan konseptual.
Stuart Hall menggolongkan representasi dalam dua tahapan, yaitu Pertama, representasi mental yaitu suatu konsep yang muncul dalam pikiran kita secara abstrak atau peta konseptual tentang suatu hal. Kedua adalah bahasa yang menjadi pendukung dalam mempertegas makna atau konsep yang abstrak tersebut. Konsep abstrak tidak dapat diartikan secara langsung sehingga membutuhkan bantuan bahasa yang mudah dipahami dalam rangka menceritakan dan menghubungkan beragam konsep dan ide tentang seni rupa. Sebagaimana juga seniman yang berfokus kepada seni vocal tentunya menggunakan dukungan kekuatan visual dalam menerjemahkan makna dari lirik maupun nada yang dinyanyikannya.
Adapun representasi karya seni memberitahukan kepada siapa saja tentang bagaimana seseorang atau sekelompok orang memiliki gagasan atau pendapat tertentu. Isi dari suatu karya seni tidak melulu berhubungan dengan keestetikan namun juga semua hal yang dapat ditangkap oleh alat panca indra mata. Semua yang dilihat oleh mata dan diterima sinyalnya oleh tubuh tentu mengandung informasi dan edukasi yang dimanfaatkan oleh hati dan pikiran. Representasi tidak bersifat diam atau statis namun bergerak bahkan mengalami perkembangan secara pasti seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna yaitu manusia itu sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Representasi merupakan suatu bentuk usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru juga merupakan hasil pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia. Melalui representasi makna pada karya seni dapat diproduksi dan dikonstruksikan, ini terjadi melalui proses berkarya seni dengan budaya local baik penandaan maupun praktik yang membuat sesuatu hal yang bermakna sesuatu.
Melalui penelitian yang dilakukan oleh Hujatnika, sejak 2000-an, frekuensi kegiatan-kegiatan seni rupa berbasis regional cenderung menyurut. Jikapun masih berlangsung, perayaannya tidak lagi semeriah pada masa sebelumnya. Pada 1990-an arahan praktik seni rupa kontemporer banyak dipengaruhi oleh agenda dan mekanisme pemerintah negara-negara kawasan yang cenderung bersifat politik yang memengaruhi seni rupa di Indonesia. Sebagaimana contoh adalah pemboman kedutaan Australia di Jakarta pada September 2004, berujung pada diberlakukannya dan pada Indonesia oleh travel warning travel ban beberapa negara, termasuk Australia. Para kurator museum pemerintah di Australia mendapatkan kesulitan untuk melakukan riset lapangan di Indonesia.
Para penyalur seni dan galeri komersial menjadi pemain yang semakin penting dalam perkembangan seni rupa. Sejak tahun 2005, frekuensi pameran seni rupa Indonesia meningkat di galeri-galeri partikelir di kota. Ini merupakan suatu kebanggan yang didukung oleh balai lelang. Balai lelang juga memainkan peranan yang tak kalah dalam perkembangan seni rupa pasca 1990-an. Beberapa balai lelang besar yang membuka cabang di Asia berhasil memunculkan klien-klien baru multinasional yang mendorong penjualan secara signifikan—termasuk dengan pecahnya rekor harga penjualan karya-karya seni rupa Indonesia. Demikianlah, perkembangan seni rupa di Indonesia yang ditelaah melalui tiga jurnal sebagaimana yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati. (2020). Representasi Kesadaran Budaya Lokal Perupa Dalam Penciptaan Karya Seni Rupa Dan Desain Di Era Kontemporer (Studi Kasus: Perupa di Yogyakata). Prosiding SNADES 2020 - Optimisme Desain Untuk Pembangunan Negeri.
Hujatmika, A. (2011). Negara dan Pasar : Globalisasi dan Dua Dasawarsa Seni Rupa Kontemporer Indonesia. MELINTAS, 27(2), 171-186.
Indrawati, L. (2017). Pemetaan Sejarah Perkembangan Seni rupa modern dan seni rupa kontemporer Di kota malang. Seminar Nasional Seni dan Desain: “Membangun Tradisi Inovasi Melalui Riset Berbasis Praktik Seni dan Desain” FBS(Unesa 28 Oktober 2017.
Komentar
Posting Komentar